

TIPS MENGGAPAI KEUTAMAAN LAILATUL QADAR

. BERSIHKAN HATI
Bersihkan hati dari rasa dendam, permusuhan dan kebencian terhadap sesama.
Lapangkan dada, berikan maaf kepada orang lain, agar kita diberikan maaf oleh Allah Ta’ala, di malam yang mulia ini.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِببُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah:
ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN…TUHIBBUL 'AFWA FA'FU 'ANNI...
Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan menyukai untuk memaafkan, maka maafkanlah aku....
(HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani).

Jika kita ingin dimaafkan oleh Allah maka maafkan kesalahan saudara kita.
وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,
( An Nuur : 22 ).

Perselisihan menyebabkan hilangnya kebaikan,
Dari ‘Ubādah bin al-Ṣāmit raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata,
“Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar untuk mengabarkan waktu lailatulqadar kepada orang-orang, kemudian terdapat dua orang dari kalangan muslimin yang saling berselisih.
Lantas Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya aku keluar hendak mengabarkan (kapan) lailatulqadar kepada kalian, namun aku mendapati perselisihan antara Fulan dan Fulan sehingga ilmu tentang laitatulqadar diangkat kembali, bisa jadi hal itu adalah lebih baik buat kalian, maka carilah lailatulqadar pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima’.”
( HR. Bukhari)
Al-‘Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:
الشحنـاء تمـنع بـركة ليلـة القـدر ، وأنـه لا يغـفر لاثنـين بينهـما شـحناء وعـداوة فـي هـذه اللـيلة العظـيمة
“Permusuhan menghalangi berkah lailatul qadr. Dan sungguh tidaklah diampuni bagi dua orang yang masih terjadi permusuhan dan pertengkaran diantara keduanya pada malam yang Agung tersebut.”
(Silsilah Liqa’ati Babil Maftuh, 18)

. Juga memperbanyak taubat dan istighfar agar hati kita bersih dari dosa, sehingga lebih mudah untuk beribadah kepada Allah.

. PERSIAPAN BADAN, PAKAIAN DAN TEMPAT

. Berkata Ibnu Jarir rahimahullah taala:
وقال ابن جرير: كانوا يستحبون أن يغتسلوا كل ليلة من ليالي العشر الأواخر وكان النخعي يغتسل في العشر كل ليلة
“Mereka (para Salaf) menyukai mandi di setiap malam dari malam-malam sepuluh akhir Ramadan.

Adalah Imam An Nakho’i, beliau biasa mandi pada setiap malam dari sepuluh hari terakhir Ramadan.” [Lathoiful Ma’arif hal 189]
أَخَرَجَ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي "فضائل رمضان" (27)؛ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، قَالَ: «كَانَ ثَابِتٌ الْبُنَانِيَّ، وَحُمَيْدٌ الطَّوِيلُ رَحِمَهُمَا اللَّهُ يَتَطَيَّبَانِ وَيَغْتَسِلَانِ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ وَثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَيُحِبَّانِ أَنْ يُطَيَّبَ الْمَسْجِدُ بِنَضُوحٍ».
Tsabit Al-Bunani dan Humaid Ath-Thawil memakai pakaian terbaik mereka, menggunakan minyak wangi dan membuat masjid menjadi harum dengan Nudhuh (sejenis parfum) dan gaharu pada malam yang diharapkan terjadi Lailatul Qadar. ( Kitab Fadhail Ramadhan, Ibnu Abi Dunya )

. MENGHIDUPKAN MALAM DENGAN IBADAH
Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha, ia mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi shalallahu alaihi wa salam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dengan ber’ibadah dan membangunkan keluarganya.” ( HR Bukhari Muslim)

Amalan yang perlu dilakukan :
1. I'tikaf
2. Shalat
3. Membaca Al Qur'an
4. Doa
5. Dzikir
Amalan yang paling utama adalah dengan shalat malam, ber-dasarkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
4. مَنْ قامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” ( Muttafaq alaihi )
Dan pernah seorang bertanya kepada Hasan Al-Bashri: “Wahai Abu Sa’id, apa amalan yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah?” Hasan Al-Bashri menjawab:
. مَا أَعْلَمُ شَيْئًا يَتَقَرَّبُ بِهِ المُتَقَرَّبُونَ إِلَى اللهِ أَفْضَلَ مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ
. “Tidaklah aku mengetahui satu amalan pun yang dilakukan oleh orang-orang untuk mendekatkan diri kepada Allah yang lebih afdhal dari shalat malam.”

Terutama shalat Isya dan Subuh,
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

Juga ikuti shalat Tarawih bersama imam sampai selesai,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ
“Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Beliau menggangap bahwa asal dalam meng-hidupkan malam adalah dengan shalat. Hanya saja, sebagian ulama berpendapat bahwa menghidup-kan malam Ramadhan mencakup semua jenis ketaatan. Al-Hafizh mengatakan:
10. وَأَحْيَا لَيْلَهُ أَيِّ سَهَرَهُ بِالطَّاعَةِ.
“Menghidupkan malamnya maksudnya ber-gadang dengan mengerjakan amalan keta’atan.”
Imam Nawawi mengatakan: “Beliau menghabiskan malamnya dengan bergadang untuk shalat dan yang lainnya.”
Disebutkan dalam kitab Aunul Ma’bud:
14. أَيْ بِالصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ وَتِلَاوَةِ القُرْآنِ
Yaitu dengan shalat, dzikir, dan membaca al-Qur’an.
Oleh sebab itu, cara menghidupkan malam-malam Ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhir adalah dengan semua macam ketaatan; shalat, dzikir, do’a, baca al-Qur’an, dll,

Dengan lebih memperbanyak porsi berdiri shalatnya.
Ustadz Abul Hasan Ali حفظه الله
==================================

Pesan Kebaikan :
Sekolah Sunnah Al Falah
KB | TK | SD | SMP | PPTQ
Garingan Tlingsing Cawas Klaten