ahlan wa sahlan, selamat datang di blog Masjid Ar Rahmah

Selasa, 21 Agustus 2018

Sunnah Sebelum Sholat Idul Adha


SUNNAH-SUNNAH SEBELUM SHOLAT IDUL ADHA
1. Mandi Sebelum Berangkat Sholat Id
Riwayat dari ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu,
سَأَلَ رَجُلٌ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهَ عَنِ الغُسْلِ قَالَ اِغْتَسِلْ كُلًّ يَوْمٍ إِنْ شِئْتَ فَقَالَ لاَ الغُسْل الَّذِي هُوَ الغُسْلُ قَالَ يَوْمَ الجُُُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الفِطْرِ
Seseorang pernah bertanya pada ‘Ali radhiyallahu ‘anhu mengenai mandi. ‘Ali menjawab, “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Orang tadi berkata, “Bukan. Maksudku, manakah mandi yang dianjurkan?” ‘Ali menjawab, “Mandi pada hari Jum’at, hari ‘Arofah, hari Idul Adha dan Idul Fithri.” (HR. Al Baihaqi 3/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Lihat Al Irwa’ 1/177)
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
Bahwasanya Abdullah bin Umar mandi pada hari Idul Fithri sebelum berangkat ke musholla (tanah lapang tempat sholat Ied)
(H.R Malik dalam al-Muwattha’).
2. Memakai pakaian yang terbaik dan berhias
Disunnahkan berhias dan berpakaian baik di hari Id. Sebagaimana hal itu sudah dikenal di masa Sahabat. Umar bin al-Khottob pernah mengambil sebuah jubah dari sutera kemudian menunjukkan pada Nabi seraya berkata: Belilah ini agar anda bisa pakai saat Ied atau menerima utusan.Tapi Nabi menyatakan kepada Umar: Itu (pakaian sutera) adalah pakaian bagi (laki-laki) yang tidak mendapatkan bagian akhirat
(H.R alBukhari no 948).
Nabi tidak mengingkari Umar tentang berpakaian baik di hari Id, namun yang beliau ingkari adalah bahwa pakaian yang ditawarkan itu (sutera) haram dipakai oleh muslim laki-laki di dunia.
3. Mengajak wanita dan anak-anak
Ummu Athiyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
أمَرَنَا رسولُ الله صلى الله عليه وسلّم أن نُخرجهُن في الْفِطْرِ والأضحى؛ العَوَاتِقَ والحُيَّضَ وذواتِ الخُدورِ، فأمَّا الحيَّضُ فيعتزِلْنَ المُصَلَّى ويشهدنَ الخيرَ ودعوةَ المسلمين. قلتُ: يا رسولَ الله إحْدانَا لا يكونُ لها جِلبابٌ، قال: “لِتُلْبِسْها أختُها مِنْ جلبابِها
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar (menghadiri pelaksanaan shalat id) pada hari idul fitri dan hari idul adha; gadis mendekati baligh, wanita yang sedang haid, gadis pingitan. Adapun wanita haid maka mereka menjauhi tempat shalat, namun mereka turut menyaksikan kebaikan dan syiar kaum muslimin.
Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika salah seorang dari kami tidak punya jilbab.’ Beliau bersabda, ‘Hendaklah muslimah lain memberinya jilbab.’”
(HR. Bukhari dan Muslim)
4. Tidak makan sebelum berangkat sholat idul adha
Sebelum berangkat disunnahkan untuk tidak makan atau minum apapun terlebih dahulu.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلاَ يَطْعَمُ يَوْمَ اْلأَضْحَى حَتَّى يُصلِّيَ
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya beliau berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah keluar pada hari Iedul Fithri sampai makan (terlebih dahulu) dan tidak makan pada hari Iedul Adha sampai sholat
(H.R atTirmidzi, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahaby dan al-Albany).
5. Bertakbir ketika menuju tempat sholat idul adha
Riwayat yang shahih dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengeraskan bacaan takbir pada saat Idul Fitri dan Idul Adha ketika menuju lapangan, sampai imam datang. (HR. ad-Daruquthni dan al-Faryabi dan dishahihkan al-Albani)
Riwayat dari Muhammad bin Ibrahim, bahwa Abu Qotadah radliallahu ‘anhu berangkat shalat Id dan beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. (HR. al-Faryabi dalam Ahkamul Idain)
6. Berjalan kaki menuju tempat sholat idul adha
Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.”
(HR. Ibnu Majah no. 1295. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
7. Menempuh jalan yang berbeda ketika pergi dan pulang
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.”
(HR. Bukhari no. 986).
8. Saling mengucapkan selamat (ath-thaniah)
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘id (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
(Fath Al-Bari, 2: 446)

Senin, 20 Agustus 2018

Anjuran Memperbanyak Takbir Dan Dzikir Selama Tanggal 1 Sampai 13 Dzulhijjah



Anjuran takbiran selama tanggal 1 sampai 13 Dzulhijjah,
Firman Allah,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…”
 (QS. Al-Hajj: 28).
‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah.
Pendapat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama di antaranya Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah dan An Nakho’i, termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau).
Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462 dan 471.

Kemudian di ayat lain, Allah juga berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” 
(QS. Al-Baqarah: 203).
Keterangan:
Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ
Yang dimaksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud ”beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. 
(Al-Bukhari secara Mua’alaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).

Puasa Arafah 9 Dzulhijjah


Senin, 06 Agustus 2018

Tujuh (7) Amalan Pahala Tanpa Putus


Donasi Sumur MAW Masjid Ar Rahmah Weru Sukoharjo, 04 Agustus 2018

Bismillah,
Alhamdulillah melalui Sdri Tri Edi Hadiati via Bank Mandiri pada 22 Dzulqa'dah 1439 H / 04 Agustus 2018 ada donasi atas nama :
Adisti Zakyatunnisa rahimahallah.
di Jakarta
sebesar Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
Kami Takmir Masjid Ar Rahmah Weru Sukoharjo mengucapkan :
" Jazakillah Khairan , Allahum-maghfirlahaa, Semoga Allah Ta'ala menganti yg lebih baik, Semoga Allah Ta’la memberikan pengampunan dan kelapangan kubur beliau dan semoga ini bisa menjadi amal jariyah yg memperberat timbangan amal beliau ...
Aamiin...
Alokasi Donasi :
Insya Allah untuk
* Jangka Pendek perbaikan/pembuatan sumur.
* Jangka Panjang Menara Masjid Ar Rahmah Weru.